Siapakah emaknya


Selesai berlibur dari kampung, saya harus kembali kekota. Mengingat jalan tol yang juga padat, saya menyusuri jalan lama. Terasa mengantuk, saya singgah sebentar di sebuah restoran. Begitu memesan makanan, seorang anak lelaki berusia lebih kurang 12 tahun muncul di depan.
 
"Abang mau beli kue?" Katanya sambil tersenyum. Tangangnya segera menyelak daun pisang yang menjadi penutup bakul kue jajanannya. "Tidak Dik, Abang sudah pesan makanan," jawab saya ringkas. dia berlalu.
 
Begitu pesanan tiba, saya langsung menikmatinya. Lebih kurang 20 menit kemudian saya melihat anak tadi menghampiri pelanggan lain, sepasang suami istrisepertinya. Mereka juga menolak, dia berlalu begitu saja.
 
"Abang sudah makan, tak mau beli kue saya?" tanyanya tenang ketika menghampiri meja saya.
 
"Abang baru selesai makan Dik, masih kenyang nih," kata saya sambil menepuk-nepuk perut. Dia pergi, tapi cuma di sekitar restoran. Sampai di situ dia meletakkan bakulnya yang masih penuh. Setiap yang lalu dia tanya, "Tak mau beli kue saya Bang, Pak... Kakak atau Ibu." Molek budi bahasanya.
 
Pemilik restoran itupun tak melarang dia keluar masuk restorannya menemui pelanggan. Sambil memperhatikan, terbersit rasa kagum dan kasihan di hati saya melihat betapa gigihnya dia berusaha. Tidak nampak keluh kesah atau tanda-tanda putus asa dalam dirinya, sekalipun orang yang ditemuinya enggan membeli kuenya.
 
Setelah membayar harga makanan dan minuman, saya terus pergi ke mobil. Anak itu saya lihat berada agak jauh di deretan kedai yang sama. Saya buka pintu, membetulkan duduk dan menutup pintu. Belum sempat saya menghidupkan mesin, anak tadi berdiri di tepi mobil. Dia menghadiahkan sebuah senyuman. Saya turunkan kaca jendela. Membalas senyumannya.
 
"Abang sudah kenyang, tapi mungkin Abang perlukan kue saya untuk adik- adik, Ibu atau Ayah abang," katanya sopan sekali sambil tersenyum.
Sekali lagi dia memamerkan kue dalam bakul dengan menyelak daun pisang penutupnya.
 
Saya tatap wajahnya, bersih dan bersahaja. Terpantul perasaan kasihan di hati. Lantas saya buka dompet, dan mengulurkan selembar uang Rp
20.000,- padanya. "Ambil ini Dik! Abang sedekah... Tak usah Abang beli kue itu." Saya berkata ikhlas karena perasaan kasihan meningkat mendadak. Anak itu menerima uang tersebut, lantas mengucapkan terima kasih terus berjalan kembali ke kaki lima deretan kedai. Saya gembira dapat membantunya.
 
Setelah mesin mobil saya hidupkan. Saya memundurkan. Alangkah terperanjatnya saya melihat anak itu mengulurkan Rp 20.000,- pemberian saya itu kepada seorang pengemis yang buta kedua-dua matanya. Saya terkejut, saya hentikan mobil, memanggil anak itu. "Kenapa Bang, mau beli kue kah?" tanyanya.
 
"Kenapa Adik berikan duit Abang tadi pada pengemis itu? Duit itu Abang berikan ke Adik!" kata saya tanpa menjawab pertanyaannya.
 
"Bang, saya tak bisa ambil duit itu. Emak marah kalau dia tahu saya mengemis. Kata emak kita mesti bekerja mencari nafkah karena Allah.
Kalau dia tahu saya bawa duit sebanyak itu pulang, sedangkan jualan masih banyak, Mak pasti marah. Kata Mak mengemis kerja orang yang tak berupaya, saya masih kuat Bang!" katanya begitu lancar. Saya heran sekaligus kagum dengan pegangan hidup anak itu. Tanpa banyak soal saya terus bertanya berapa harga semua kue dalam bakul itu.
 
"Abang mau beli semua kah?" dia bertanya dan saya cuma mengangguk.
Lidah saya kelu mau berkata. "Rp 25.000,- saja Bang...." Selepas dia memasukkan satu persatu kuenya ke dalam plastik, saya ulurkan Rp 25.000,-. Dia mengucapkan terima kasih dan terus pergi. Saya perhatikan dia hingga hilang dari pandangan.
 
Dalam perjalanan, baru saya terpikir untuk bertanya statusnya. Anak yatim kah? Siapakah wanita berhati mulia yang melahirkan dan mendidiknya? Terus terang saya katakan, saya beli kuenya bukan lagi atas dasar kasihan, tetapi rasa kagum dengan sikapnya yang dapat menjadikan kerjanya suatu penghormatan. Sesungguhnya saya kagum dengan sikap anak itu. Dia menyadarkan saya, siapa kita sebenarnya.

dari seorang ibu.. untuk anaknya yang seorang aktivis..


Orang bilang anakku seorang aktivis . Kata mereka namanya tersohor dikampusnya sana . 
Orang bilang anakku seorang aktivis, Dengan segudang kesibukan yang disebutnya amanah umat . 
Orang bilang anakku seorang aktivis .
Tapi bolehkah aku sampaikan padamu nak ? 
Ibu bilang engkau hanya seorang putra kecil ibu yang lugu.


 Anakku,sejak mereka bilang engkau seorang aktivis ibu kembali mematut diri menjadi ibu seorang aktivis Dengan segala kesibukkanmu,ibu berusaha mengerti betapa engkau ingin agar waktumu terisi dengan segala yang bermanfaat
Ibu sungguh mengerti itu nak, tapi apakah menghabiskan waktu dengan ibumu ini adalah sesuatu yang sia-sia nak ? 
Sungguh setengah dari umur ibu telah ibu habiskan untuk membesarkan dan menghabiskan waktu bersamamu nak,tanpa pernah ibu berfikir bahwa itu adalah waktu yang sia-sia.

Anakku,kita memang berada disatu atap nak,di atap yang sama saat dulu engkau bermanja dengan ibumu ini 
Tapi kini dimanakah rumahmu nak?ibu tak lagi melihat jiwamu di rumah ini 
Sepanjang hari ibu tunggu kehadiranmu dirumah,dengan penuh doa agar Allah senantiasa menjagamu 
Larut malam engkau kembali dengan wajah kusut.Mungkin tawamu telah habis hari ini,tapi ibu berharap engkau sudi mengukir senyum untuk ibu yang begitu merindukanmu  
Ah,lagi-lagi ibu terpaksa harus mengerti,bahwa engkau begitu lelah dengan segala aktivitasmu hingga tak mampu lagi tersenyum untuk ibu  
Atau jangankan untuk tersenyum,sekedar untuk mengalihkan pandangan pada ibumu saja engkau engkau,katamu engkau sedang sibuk mengejar deadline 
Padahal,andai kau tahu nak,ibu ingin sekali mendengar segala kegiatanmu hari ini,memastikan engkau baik-baik saja,memberi sedikit nasehat yang ibu yakin engkau pasti lebih tahu.
Ibu memang bukan aktivis sekaliber engkau nak,tapi bukankah aku ini ibumu ? 
yang 9 bulan waktumu engkau habiskan didalam rahimku..

Anakku, ibu mendengar engkau sedang begitu sibuk nak. 
Nampaknya engkau begitu mengkhawatirkan nasib organisasimu,engkau mengatur segala strategi untuk mengkader anggotamu  
Engkau nampak amat peduli dengan semua itu,ibu bangga padamu 
Namun,sebagian hati ibu mulai bertanya nak,kapan terakhir engkau menanyakan kabar ibumu ini nak ? Apakah engkau mengkhawatirkan ibu seperti engkau mengkhawatirkan keberhasilan acaramu ? 
kapan terakhir engkau menanyakan keadaan adik-adikmu nak ? 
Apakah adik-adikmu ini tidak lebih penting dari anggota organisasimu nak ?

 Anakku,ibu sungguh sedih mendengar ucapanmu
Saat engkau merasa sangat tidak produktif ketika harus menghabiskan waktu dengan keluargamu  Memang nak,menghabiskan waktu dengan keluargamu tak akan menyelesaikan tumpukan tugas yang harus kau buat,tak juga menyelesaikan berbagai amanah yang harus kau lakukan 
Tapi bukankah keluargamu ini adalah tugasmu juga nak?bukankah keluargamu ini adalah amanahmu yang juga harus kau jaga nak?

Anakku,ibu mencoba membuka buku agendamu .Buku agenda sang aktivis
Jadwalmu begitu padat nak,ada rapat disana sini,ada jadwal mengkaji,ada jadwal bertemu dengan tokoh-tokoh penting
Ibu membuka lembar demi lembarnya,disana ada sekumpulan agendamu,ada sekumpulan mimpi dan harapanmu.Ibu membuka lagi lembar demi lembarnya,masih saja ibu berharap bahwa nama ibu ada disana
Ternyata memang tak ada nak,tak ada agenda untuk bersama ibumu yang renta ini.Tak ada cita-cita untuk ibumu ini  
Padahal nak,andai engkau tahu sejak kau ada dirahim ibu tak ada cita dan agenda yang lebih penting untuk ibu selain cita dan agenda untukmu,putra kecilku..

Kalau boleh ibu meminjam bahasa mereka,mereka bilang engkau seorang organisatoris yang profesional
Boleh ibu bertanya nak,dimana profesionalitasmu untuk ibu ?
dimana profesionalitasmu untuk keluarga ? 
Dimana engkau letakkan keluargamu dalam skala prioritas yang kau buat ?

 Ah,waktumu terlalu mahal nak.Sampai-sampai ibu tak lagi mampu untuk membeli waktumu agar engkau bisa bersama ibu..

 Setiap pertemuan pasti akan menemukan akhirnya. Pun pertemuan dengan orang tercinta,ibu,ayah,kaka dan adik  
Akhirnya tak mundur sedetik tak maju sedetik 
Dan hingga saat itu datang,jangan sampai yang tersisa hanyalah penyesalan
Tentang rasa cinta untuk mereka yang juga masih malu tuk diucapkan 
Tentang rindu kebersamaan yang terlambat teruntai.


copy from tumbler seseorang.

SMA ku #1


                Ketika melihat album kenangan SMA ku. Tiba tiba pengen nulis sesuatu. SMA yang mengajarkan aku disiplin, tidak mau kalah, tentang cinta dan persahabatan yang gak pernah goyah. Walau kami pisah.
                Cerita SMA yang dimulai dari tes asal asal karena terjebak godaan teman yang ngebet banget masuk SMA ini. Hari itu berangkatlah aku tes. Ntah mengapa hari itu aneh. Aku malas berangkat dan yang paling aneh lagi ayahku sudah serasa aku naik di belakang beliau trus berangkat begitu saja. Padahal aku masih di dalam rumah. Jadi berangkat lah aku sendiri ke SMA itu. Siswa SMP, nggak punya SIM, nggak bawa STNK. Awal mikir mampus nih aye bakal ditilang polisi, di tengah jalan bertemu dengan temanku yang juga ikut tes itu bareng orang tuanya. Akhirnya bareng-bareng ke tempat tes yaitu SMA itu sendiri SMA N 17 Palembang. 
                Waktu itu aku menunggu tes di pinggir sebuah ruangan gede yang tulisannya Graha 17. Yang akhirnya aku tau kalau ruangan gede itu adalah aula SMA ini. saat tes aku menjawab sebisaku. Yah itung itung latihan sebelum aku ujian masuk SMA yang lain. Maklum SMA ini tergolong elit, jadi tesnya pun lebih cepat. Saat tes, disebelahku ada orang yang memegang tissue dan kasian sekali pokoknya, dia mengerjakan soal sambil nutupin hidungnya dengan tissue takut lahar dinging dari hidungnya itu keluar kali ya. Aye gak sempat kenalan sama anak itu. Karena mikir juga, ngapain kenalan dengan orang disini, soalnya aye gak bakal masuk nih SMA. Tapi aye inget nomer tesnya soalnya sebelahan.
                3 hari berselang aye ngerti kalo pengumuman. Aye sebenenya males ngeliat pengumuman itu tapi temen aye yange ngebet. Akhirnya berangkat lah kesana. Sampai sana buset dah nih gerombolan anak SMP banyak banget berebutan ngeliat kertas yang ditempel tempel di dinding aula. Kayaknya ada yang pengumuman gak lulus sama lulus. Karena pengumuman yang l ulus rame banget, aye pun ke pengumuman gak lulus. Sambil mikir juga paling nama aye di sini. Diliat satu satu, diurutin nomer. Cari nomer 567 ada gak nih nomer. 560, 561, 562, ….., 568 loh kok gak ada nomer aye?? Kok di pengumuman gak lulus malah gak ada. Akhirnya liat ke pengumuman sebelah. Aye kaget nomer aye malah di tempat lulus. Astaga, astaga. Kok bisa keterima di SMA ini y? aku pikir sebuah beban, karena aku tau SMA itu tersohorlah se- Sumatera Selatan.
                Di tes wawancara pun aye lulus dan this is it. Awal langkah aye di SMA ini. Yang mungkin pada saat itu adalah sebuah kebanggaan masuk SMA N 17 Palembang.
                Dan tidak pernah terbayangkan saat hari pengumuman tes masuk SMA 17, aye belajar banyak, tentang permusuhan, keluarga, rasa syukur, nikmat Islam, cinta, rasa yang tidak pernah diungkap, dan perpisahan. Yap semua itu dibungkus rapi dalam hati kami masing masing dalam sebuah harap untuk menjadi besar di SMA 17 Palembang.

Jatuh di lobang yang sama

     Itulah yang terjadi sama aye. Dibilang bego iya dibilang pinter kagak. Sebuah kesalahan yang terjadi tiga kali sungguh menyakitkan dah.

     Bagaimana tidak merasa bodoh, keledai aja gak bisa jatuh di lobang yang sama. Ini aye malah tiga kali ngulangin kesalahan yang sama.
 
   Hanya bisa bilang pengalaman rezz.. Sekarang coba hati hati dan kalau ada kesempatan dan pilihan, tentukan saat itu juga daripada nanti nyesel.


Nasehat dari Malaikat kecil


                Ketika pulang ke Palembang, aye satu bus sama keluarga yang Islam banget. Pasutri dan 6 orang anak terdiri dari 4 putri dan 2 putra. Yang membuat saya menilai mereka Islam banget adalah dari cadar yang dipakai oleh ibu dan 4 putrinya. Setengahnya aye rada serem, pikiranku langsung menuju ke teroris. Jangan2 nih orang yang dicari cari polisi, tapi yaa aye tetep positive thinking.
                Lalu yang membuat aye terhenyak ketika aye lagi bercanda sama anak cowoknya yang paling kecil, kebetulan aye lag pakai baju bob marley pemberian kakak, tiba tiba anak ke 4 mereka, perempuan kecil itu bertanya,
“mas, itu bajunya gambar orang ya?”
“Iya ini Bob Marley”, jawab aye.
Setelah jawab aye pikir dia bakal tanya, bob marley itu siapa mas. Tapi yang keluar dari bibir mungilnya malah,
“Kok mau sih pakai baju gambar orang? Ntar malaikat gak mau deket loh mas trus sholatnya juga gak diterima, soalnya malaikat sama Allah benci dengan gambar orang kayak gitu”.
JLEB.  Langsung aye tersentak, astaga nih malaikat kecil hebat banget. Astaga bener kata nih malaikat kecil, aye malua , merasa berdosa, gak enak semuanya jadi satu. Langsung aye ke toilet bus dan ganti baju karena aye sadar kalau emang salah pake baju gambar orang. 
Luar biasa, orang tua yang mendidiknya lua biasa. Anak umur 4 tahun bisa berkata begitu. Luar biasa nasehat si malaikat kecil ini.

masalah = gunung


                Sabtu, 10 September 2011, penulis belajar mengenai sebuah tantangan besar di depan mata, sebuah tantangan itu sama seperti kita melihat sebuah gunung. Tinggi menjulang menembus awan. Mungkin seperti itulah rezz anggap sebuah tantangan. Ketika kita ingin menyelesaikan sebuah masalah dan tantangan tersebut pun sama halnya dengan mendaki gunung yang tinggi tadi, rasanya mustahil. Disini rezz anggap seperti gunung merbabu yang pernah rezz daki.  Yah bisa dibayangkan betapa capeknya ketika kita berjalan dalam jarak 3,2 km dalam bidang horizontal. Ditambah lagi  ketika kita harus berjalan dengan jarak 3,2 km dalam bidang vertikal.
                Kita harus mulai dengan kaki kaki kecil kita, setapak demi setapak dalam mendaki gunung merbabu.
                Dimulai dengan menaiki truk menuju kaki gunung merbabu di Kopeng, jawa tengah. Kita mulai dari basecamp. Dan langsung menuju pos 4. Sampai pos 3, yang berjarak 400 m dari pos 4 membuat mata berbinar. Namun jarak 400 m itu merupakan jarak vertikal. Di pos 3 rezz sudah putus asa. Namun ada sebuah kalimat yang selalu rezz pegang. Yaitu “sesungguhnya orang yang menyerah itu berada di ujung keberhasilan”, jadi rezz tetap maju dan alhamdulillah sampai di pos 4. Tempat kami menginap walaupun Cuma 5 jam, dan menuju puncak lagi.
                Sebenarnya mendaki merbabu adalah kenangan lama rezz. Tapi disini ada sebuah alasan mengapa diungkit kembali. Karena belakangan ini banyak sekali amanah dan tantangan yang diberikan kepada rezz. Mulai dari amanah yang kecil sampai dengan yang besar dan jangka panjang. Amanah menjadi kadep, dan amanah menjadi panitia yang lain. Dan yang paling besar adalah menhandle dari pada tim robot, padahal rezz yang sekarang bukan orang yan ahli dalam bidang itu. Amanah ini pertamanya menjadi bobot yang membebani pundak rezz. Dan ini adalah amanah buat saya, dan ini pasti bisa saya selesaikan. Itu yang membuat rezz tetap maju.. dan rezz harap akan jauh lebih baik.
                Ada beberapa hal yang dapat menghilangkan putus asa dalam diri rezz, pertama coba cerita kepada orang terdekat mengenai masalah, itu akan mengurangi beban dan merelaxkan tubuh. Kedua, percaya kalau Allah itu gak bakal pernah memberi tantangan yang tidak mampu diselesaikan hambanya. Karena Allah percaya kepada kemampuan hambanya. Ketiga, buat yang pencinta alam nih, masalah itu ibarat gunung dan jalan yang kita lalui dengan kaki kecil kita. Ketika kita tidak melangkahkan kaki kita tidak bakal pernah mencapai puncak. Sama seperti masalah, ketika anda tidak pernah menyelesaikannya, masalah itu akan tetap besar. Dan tidak akan pernah anda hidup tenang. Dan ketika masalah dan tantangan itu berhasil kita selesaikan akan ada rasa puas yang muncul dalam diri kita. Sama seperti ketika ada di puncak gunung..... (rezz)

BERSYUKURLAH SAHABAT

             Tadi pagi ketika penulis lagi sahur, tidak biasanya mata penulis gak ngantuk, dan akhirnya nonton tivi bareng bunda tercinta. Kebetulan bunda lagi nonton acara mamah dedeh di Indosiar. Penulis kira ini acara ceramah biasa, rada males, tapi penulis tetap nonton. Tiba pas sesi bintang tamu, kisah bintang tamu inilah yang menarik perhatian penulis, sampai akhirnya penulis mau share sama teman teman sekalian.

            Jadi ini mengenai kisah seorang keluaga miskin, yang merupakan pasangan tuna netra. Sang bapak merupakan tukang pijit sambilan. Namun pekerjaan mereka berdua sesungguhnya adalah penjual kerupuk keliling. Bisa dibayangkan dua orang tuna netra berkeliling di jalan. Itu merupakan hal yang mustahil dilakukan. Bagaimana kalau ditengah mereka berjualan ada mobil yang menyerempet, ada yang diam diam mengambil kerupuk mereka. Ketika ditanya itu mereka menjawab itu sudah rezeki kami mah. Di saat seperti itupun dua orang yang dimulyakan Allah ini masih bisa bersyukur.
            Lalu lanjut ketika mereka punya anak, ternyata Allah mengerti mereka dan memberikan tiga orang anak yang dapat melihat, dan normal. Anak yang pertama, usia 16 tahun sudah sekolah di madrasah, anak kedua 10 tahun, anak ketiga (lupa usianya). Mereka berkata anak anak inilah yang menjadi cahaya kami mah, mereka lah yang menuntun kami untuk jalan. Betapa sayangnya anak-anaknya yang merelakan waktu main mereka setelah pulang sekolah. Dan langsung membantu ayah dan ibu mereka berjualan. Penulis lupa daerah yang mereka lalui, tapi yang penulis inget tujuan mereka itu daerah pasar labu. Penulis lupa rumah mereka ada daerah mana. (kayaknya nama pasar juga, maklum bukan orang sana, disekitar jawa barat dan pinggiran jakarta). Melihat video mereka berjualan. 4 orang itu, bapak, ibu, dan dua anaknya saling menuntun dan yang paling depan adalah anaknya yang paling kecil, anak yang kedua, lalu ibu, dan bapak yang memegang pikulan kerupuk. Sedangkan anak pertama sekolah di madrasah aliah.
            Yang lebih salut ketika ditanya, apa yang membuat bapak ibu berjuang keras??, mereka menjawab anak anak lah yang membuat kami rela berjualan, yang awalnya tidak ada cahaya terang di jalan yang kami lalui, sampai Allah memberikan cahaya terang itu berupa anak anak kami yang tercinta. Yang penting mereka bisa sekolah tinggi, Cuma itu tujuan kami mencari uang, karena mereka adalah cahaya terang bagi kami, jelas sang ibu kepada mamah. Sang anak pun membalas dengan mengorbankan waktunya untuk membantu.
            Mereka lalu berkata, kami selalu bersyukur atas semua ini mah. Karena harta yang paling berharga adalah anak anak kami dan Iman kepada Allah. Doa kami, hanya ingin Allah melindungi kami sekeluarga.
            Bayangkan seorang yang kurang sempurna terus berusaha sekuat tenaga untuk menghadapi kerasnya hidup ini dan selalu bersyukur dengan hidupnya. Bagaimana denga kita yang bisa tergolong sempurna fisik ini?? Apakah sudah bersyukur hari ini?? Apakah sudah memberikan yang terbaik untuk orang tersayang?? Sudah membantu orang tua dan meninggalkan semua permainan yang kita mainkan?? Tanya pada diri kita masing-masing.
            Dan sekali lagi cerita ini nyata, semoga cerita ini bisa membangkitkan rasa syukur kita kepada Allah SWT.
Salam penulis
-fabolous-

Lomba Cerita Inspirasi


Deadline: 18 Mei 2011
Kontes BAGOeS adalah kontes kreatif untuk berbagi cerita dan pengalaman menarikmu seputar lingkungan.
Tema kontes BAGOeS kali ini adalah “Berbagi Pengalaman baGoes CircleK-mu ”, yaitu cerita pengalamanmu selama menggunakan “baGoes – for green shopping” versi Red Goes Green (baGoes RGG). Cerita boleh berupa pengalaman unik, lucu, bahkan aneh sekalipun!
Pengalaman baGoes-mu ini bisa menjadi inspirasi dan dorongan bagi teman-teman di sekitarmu untuk memulai DietKantongPlastik :D
Ayo bagi pengalamanmu kepada kita semua!
Bagaimana caranya?
1. Beli baGoes RGG di CircleK di kotamu. Simpan struk pembelian sebagai persyaratan untuk mengikuti kontes ini.
2. Foto atau pindai (scan) struk pembelian baGoes RGG, tuliskan nama, nomor HP dan link alamat blog atau facebook kamu, kemudian kirimkan ke info@greeneration.org sebagai tanda registrasi.
3. Tuliskan cerita pengalaman menarikmu :) baca selengkapnya »

Lomba Komik & Cosplay Gramedia 2011


Lomba Komik, Cosplay dan Foto Cosplay Kompas Gramedia (Deadline April 2011) Beecomics bekerasama dengan Kompas Gramedia fair akan mengadakan Lomba dan Workshop komik mulai tanggal 13 – 17 April 2011 di Gramedia Expo Jl. l.Basuki Rahmat No.95 Surabaya. Berikut ini adalah ketentuan dari even tersebut :
Indonesia Comics Culture (17 Maret – 9 April)
Syarat dan ketentuan :
  1. Lomba di kerjakan di rumah perorangan selama 17 Maret – 9 April 2011
  2. Style boleh manga atau western ( DC,Marvel,Cartoon)
  3. Tema, karekter, seting atau jenis cerita bebas dan harus bercirikan budaya Indonesia
  4. Dikerjakan di kertas ukuran A4 minimal 8 Halaman
  5. Boleh diikerjakan manual atau digital
  6. Boleh hitam putih atau berwarna
  7. Dikumpulkan paling lambat tanggal 9 April 2011, berupa karya asli untuk yang manual, berupa CD untuk yang digital dengan resolusi gambar 300 dpi
  8. Pendaftaran Rp.50.000,-
  9. Contact person : (031)92033320
Untuk pendaftaran kirim data diri berupa NAMA, ALAMAT, NO TLP, PEKERJAAN, NAMA SEKOLAH/KAMPUS jika masih status plajar kirim ke E-mail : Beecomics@gmail.com…uang pendaftaran bisa di transfer ke BCA 4650273066 an ERIA ANDI ANGGORO..daftar ulang cukup bawa bukti transfer…
Karya 10 besar akan di pamerkan selama pameran
HADIAH uang tunai + Sponsor dan karya akan di cetak oleh gramedia baca selengkapnya »

solar cell plane

A successful experiment regarding the capacity of solar panels has finally opened new opportunities to replace the conventional energy sources. In a hugely success, an experimental airplane continued throughout the night on solar sells. The airplane was propelled by 12,000 solar cells and sunlight-powered lithium batteries. The aircraft was flown by Andre Borschberg and it weighed about the size of a car. It was a HB-SIA carbon-fibre aircraft. The experimental airplanes touched down at 9 a.m local time in Switzerland near Lake Neuchatel.
The flight was sponsored by Deutsche Bank AG, Germany’s biggest bank the project about the first flight around the globe in an airplane with the use of solar energy. The project was led by the Swiss adventurer Bertrand Piccard and Borschberg. Borschberg said “the most incredible one of my flying career, just sitting there and watching the battery charge level rise and rise thanks to the sun and then that suspense, not knowing whether we were going to manage to stay up in the air the whole night. I have just flown more than 26 hours without using a drop of fuel and without causing any pollution!”
The speed of solar celled propelled single-seat plane averaged 23 knots (26 miles per hour). It made loops over Switzerland’s Jura Mountains. Now the next task will be for Solar Impulse to cross the Atlantic. After that, an around-the-world flight based on solar energy will be organized in 2013.

info lomba

Ikutilah Lomba Mengarang Cerpen Anak Untuk Guru tahun 2011
Ibu-Ibu Guru dan Bapak-Bapak Guru yang kami hormati!

Menyambut Hari Ulang Tahun Ke-38 Majalah Bobo, tanggal 14 April 2011 nanti, Majalah Bobo kembali menyelenggarakan Lomba Mengarang Cerpen oleh Guru. Kami mengundang Ibu dan Bapak Guru sekalian untuk ikut serta dalam lomba ini.

Majalah Bobo berharap, karya Ibu dan Bapak Guru bisa memberikan hiburan,
sekaligus panduan nilai moral kepada anak dalam kehidupan sehari-hari. Tema cerpen bebas. Boleh tentang apa saja. Yang penting cerita itu indah, menarik, dan sesuai untuk anak.

Untuk teman-teman pembaca Bobo, tolong, sampaikan pengumuman ini kepada Ibu dan Bapak Guru di sekolahmu, di sekolah temanmu, atau di sekolah saudaramu. Terima kasih, ya!

Syarat Lomba
1. Lomba ini untuk para guru.
2. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
3. Naskah harus asli, bukan terjemahan, saduran, atau mengambil ide dari karya lain yang sudah ada.
4. Naskah belum pernah diterbitkan di media massa, (cetak maupun elektronik), dan tidak sedang diikutsertakan dalam lomba lain.
5. Tema bebas, asalkan sesuai untuk anak.
6. Atas karya yang menang, Redaksi Bobo berhak menerbitkannya di Majalah Bobo, mengumumkan/memperbanyak, dan mewujudkannya kembali dalam format digital maupun non digital yang tetap merupakan bagian dari Majalah Bobo.
7. Atas naskah yang tidak menang lomba tetapi memenuhi syarat untuk diterbitkan, Redaksi Bobo berhak menerbitkannya di Majalah Bobo, mengumumkan/memperbanyak, dan mewujudkannya kembali dalam format digital maupun non digital yang tetap merupakan bagian dari Majalah Bobo. Penulis akan mendapat honor atas pemuatan naskah tersebut.
8. Naskah yang masuk menjadi hak Redaksi dan tidak dikembalikan.
9. Keputusan juri mengikat dan tidak bisa diganggu gugat.
10. Hadiah untuk pemenang sudah termasuk honorarium pemuatan di Majalah Bobo maupun segala alih bentuknya.

Ketentuan Teknis
1. Setiap peserta boleh mengirimkan lebih dari satu naskah cerpen.
2. Naskah diketik di kertas berukuran folio dengan jarak 2 (dua) spasi. Panjang tulisan maksimal 3 halaman.
3. Lampirkan di setiap naskah: biografi singkat penulis, surat keterangan dari Kepala Sekolah serta cap sekolah, fotokopi KTP, nomor telepon rumah/hp, nomor rekening bank, dan selembar foto terbaru ukuran kartu pos (3R).
4. Naskah dimasukkan ke dalam amplop. Tuliskan: Lomba Mengarang Cerpen Anak oleh Guru di sudut kiri atas amplop.
5. Karya dikirimkan ke: Panitia Lomba Mengarang Cerpen Anak oleh Guru, Redaksi Majalah Bobo, Jl. Panjang No. 8A, Jakarta 11530.
6. Karya peserta diterima panitia paling lambat pada tanggal 31 Maret 2011.

Hadiah:
Juara I: Rp8.000.000,00 (delapan juta rupiah)
Juara II: Rp6.500.000,00 (enam juta lima ratus ribu rupiah)
Juara III: Rp5.500.000,00 (lima juta lima ratus ribu rupiah)
10 (sepuluh) pemenang harapan, masing-masing berhadiah Rp1.000.000,00. (satu juta rupiah)

Lain-Lain
1. Pengumuman Pemenang akan dimuat di Majalah Bobo No. 5/XXXIX, yang terbit tanggal 12 Mei 2011.
2. Hadiah akan dikirim melalui transfer lewat bank.
3. Pemenang akan mendapat surat pemberitahuan langsung dari Majalah Bobo, dan tidak melalui agen/perantara lain.
4. Waspadalah dengan penipuan yang berkedok ingin membantu/mengurusi pemenang. Jangan pernah melayani permintaan transfer uang sedikit pun. Kalau ada hal yang mencurigakan, segeralah menelepon Redaksi Majalah Bobo: (021) 5330150, (021) 5330170, pesw. 33201, 33206.


Sumber : http://syaifulmustaqim.blogspot.com/2011/02/lomba-mengarang-cerpen-anak-2011.html

Selengkapnya......

anak buta

Seorang anak buta duduk bersila di sebuah tangga pintu masuk pada sebuah supermarket. Yup, dia adalah pengemis yang mengharapkan belas kasihan dari para pengunjung yang berlalu lalang di depannya. Sebuah kaleng bekas berdiri tegak di depan anak itu dengan hanya beberapa keping uang receh di dalamnya, sedangkan kedua tangannya memegang sebuah papan yang bertuliskan “Saya buta, kasihanilah saya.”
Ada Seorang pria yang kebetulan lewat di depan anak kecil itu. Ia merogoh sakunya, mengeluarkan beberapa keping uang receh, lalu memasukkannya ke dalam kaleng anak itu. Sejenak, pria itu memandang dan memperhatikan tulisan yang terpampang pada papan. Seperti sedang memikirkan sesuatu, dahinya mulai bergerak-gerak.
Lalu pria itu meminta papan yang dibawa anak itu, membaliknya, dan menuliskan beberapa kata di atasnya. Sambil tersenyum, pria itu kemudian mengembalikan papan tersebut, lalu pergi meninggalkannya. Sepeninggal pria itu, uang recehan pengunjung supermarket mulai mengalir lebih deras ke dalam kaleng anak itu. Kurang dari satu jam, kaleng anak itu sudah hampir penuh. Sebuah rejeki yang luar biasa bagi anak itu.
Beberapa waktu kemudian pria itu kembali menemui si anak lalu menyapanya. Si anak berterima kasih kepada pria itu, lalu menanyakan apa yang ditulis sang pria di papan miliknya. Pria itu menjawab, “Saya menulis, ‘Hari yang sangat indah, tetapi saya tidak bisa melihatnya.’ Saya hanya ingin mengutarakan betapa beruntungnya orang masih bisa melihat. Saya tidak ingin pengunjung memberikan uangnya hanya sekedar kasihan sama kamu. Saya ingin mereka memberi atas dasar terima kasih karena telah diingatkan untuk selalu bersyukur.”
Pria itu melanjutkan kata-katanya, “Selain untuk menambah penghasilanmu, saya ingin memberi pemahaman bahwa ketika hidup memberimu 100 alasan untuk menangis, tunjukkanlah bahwa masih ada 1000 alasan untuk tersenyum.”

Copyright © / Inspiration

Template by : Urangkurai / powered by :blogger